Beberapa
kelemahan kayu kelapa yang sering ditemui kalangan perajin dan industri
mebel di Indonesia selama ini diantaranya kayu kelapa sering sekali
mengalami perubahan warna sebagai akibat dari adanya aktivitas hama atau
penyakit pasca panen yang menyerang kayu kelapa. Kelemahan lainnya yang
juga sangat mengganggu adalah kayu kelapa sering sekali mengalami
pembengkokan dan pemelintiran serta pecah serat (pecah rambut) walaupun
kadar air dalam kayu kelapa sudah mencapai level yang cukup rendah,
yaitu sekitar 8%. Dengan berbagai kele-mahan tersebut kalangan perajin
dan industri mebel di dalam negeri enggan menggunakan kayu kelapa
sebagai bahan baku untuk pembuatan berbagai produk mebel. Mereka pun
tetap menggunakan jenis-jenis kayu lain seperti jati, mahoni, kamper dan
lain-lain walaupun ketersediaan jenis-jenis kayu tersebut kini semakin
langka di tanah air dan harganya pun terus melambung tinggi.
Kondisi tersebut telah mengusik perhatian Marsal, seorang pengusaha
kelahiran Batusangkar, Sumatera Barat 58 tahun lalu. Dia merasa
terpanggil untuk memberdayakan kayu kelapa yang selama ini cenderung
kurang mendapatkan perhatian serius dari para pengusaha mebel di dalam
negeri. Padahal ketersediaan kayu kelapa yang cukup melimpah di negeri
yang pernah mendapatkan julukan sebagai Kepulauan Nyiur (Pulau Kelapa)
ini menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar untuk dikembangkan.Rasa penasaran Marsal semakin menjadi-jadi setelah dirinya melihat produk mebel kayu kelapa impor dari Filipina yang kualitasnya sangat baik dengan motif serat kayu kelapayang sangat indah, unik dan khas. Untuk memuaskan rasa penasarannya, Marsal rela bersusah payah melakukan kegiatan riset untuk mempelajari teknologi pengolahan kayu kelapa agar bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku mebel. Marsal pun kemudian melakukan serangkaian uji coba mulai tahun 2004 hingga tahun 2007 dengan menghabiskan dana yang tidak sedikit. Tidak tanggung-tanggung, Marsal mencurahkan semua sumber daya dan perhatiannya untuk melakukan riset kayu kelapa tersebut. Dia pun rela meninggalkan kegiatan usaha dagangnya sebagai supplier barang-barang dan peralatan kantor yang sudah digelutinya sejak tahu 1980-an.
Baru
kemudian menjelang akhir tahun 2007 Marsal yang merantau ke Jakarta
sejak tahun 1969 itu memutuskan untuk benar-benar menceburkan dirinya ke
bidang usaha produksi mebel dari kayu kelapa setelah dirinya menemukan
formula yang tepat dalam pengolahan kayu kelapa. Formula khusus
ter-sebut pada dasarnya merupakan bahan kimia sejenis minyak yang dengan
mudah dapat diaplikasikan (dengan cara dikuas atau dicelup) pada kayu
kelapa yangsudah dikeringkan dengan oven hingga kadar air maksimum 8%.
Kelebihan lainnya, formula kimia ciptaan Marsal dapat memunculkan motif serat kayu kelapa menjadi tampak lebih jelas dan indah. Karena itu, produk mebel kayu kelapa buatan Marsal tidak perlu mendapatkan tambahan pewarnaan lagi karena warna yang dipakai merupakan warna natural kayu kelapa.
Kalangan konsumen produk mebel buatan Marsal pun selama ini tidak pernah komplain dengan produk mebel kayu kelapanya. Bahkan sebaliknya kalangan konsumen mengaku cukup puas dengan produk mebel kayu kelapa itu karena harganya jauh lebih murah tetapi kualitasnya tidak kalah dari mebel kayu jati.
Sebagai perbandingan, harga bahan mebel dari kayu jati sekarang mencapai Rp 12 juta per meter kubik, sedangkan bahan mebel dari kayu kelapa yang sudah diperlakukan dengan formula khusus yang saya kembangkan harganya hanya sekitar Rp 3,5 juta per meter kubik. Padahal setelah diolah, produk mebel kayu kelepa memiliki motif serat kayu yang sangat indah, khas dan unik, kata Marsal.
Menurut Marsal, hanya ada satu syarat yang harus dipenuhi agar kayu kelapa yang dipakai untuk produk mebel dapat memiliki sifat-sifat seperti disebutkan di atas, yaitu kayu kelapa itu harus berasal dari pohon kelapa yang sudah cukup tua (masak tebang) dengan umur lebih dari 70 tahun (pohon kelapa yang sudah tidak produktif lagi).
Satu-satunya kekurangan (namun bisa juga menjadi kelebihan untuk penggunaan tertentu) kayu kelapa dibandingkan dengan kayu jati adalah berat jenis kayu kelapa dua kali lipat lebih berat dari kayu jati. Dengan demikian, dilihat dari sisi biaya pengangkutan tentunya kayu kelapa membutuhkan biaya pengangkutan yang relatif lebih tinggi ketimbang kayu jati.
Disadur dari : Media Industri (No.3.2008) Departemen Perindustrian RI
No comments:
Post a Comment